Posts Subscribe to (PUT YOUR BLOG NAME HERE)Comments

Kamis, 29 Oktober 2009

Dayah dan Perannya Dalam Masyarakat

SEPANJANG sejarah perjalanan bangsa ini, dayah bukanlah sebuah hal baru di kalangan penghuni negri ini. Keberadaan dayah merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Dalam setiap langkah yang diayunkan, dayah berada di belakangnya dan peranan dayah senantiasa mengiringi sejarah perjalanan bangsa, apa lagi Aceh yang identik dengan kedayahan.
Jauh sebelum masa penjajahan belanda, dayah telah dulu wujud untuk umat sebagai tempat belajar ilmu agama yang kemudian terbukti membawa kedamaian dan ketertiban dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Dalam sejarah tercatat pada masa pemerintahan Sri Sultan Tij'al- 'Alam Tsafiatuddinsyah telah muncul seorang ulama dayah yaitu Syaikh Abdurrauf as-Sinkili yang digelar dengan Syiah Kuala yang pada waktu itu beliau diminta untuk menuliskan kitab fikih yang bisa menjadi rujukan dalam berbagai persoalan hukum agama. Hari-hari beliau disibukkan dengan mengajar ilmu agama di dayah yang beliau dirikan, tepatnya di Kuala, Banda Aceh, tempat dimana sekarang didapati kuburan beliau. Ini adalah satu dari sederetan bukti bahwa dayah merupakan bagian kehidupan masyarakat Aceh.

Dayah adalah sebuah lembaga pendidikan non formal yang  di dalamnya terdapat bale seumeubeut, mesjid/mushala, bilek, dan sarana pendukung lainnya. Kesehariannya, orang-orang yang berada di dalam dayah disibukkan oleh rutinitas masing-masing tergantung profesi dan status. Para santri sibuk dengan  beut, meu ulang, menjaga waktu salat jamaah dan dengan kegiatan lainnya seperti muhadharah, dalael dan gotong royong yang biasanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu. Para guru sibuk dengan seumeubeut, peu ulang aneuk miet. Para seksi pun tidak tinggal diam, hari-hari mereka dihabiskan dengan menjalankan aturan dayah serta mengontrol kinerja para guru dan santri, mengatur kegiatan-kegiatan, dan intinya menyukseskan visi dan misi dayah dalam mencetak kader-kader Islam yang terampil, kreatif, serta berakhlaqul karimah.

Melihat sepintas, dayah dan rutinitas yang dilakukan  di dalamnya memang simple dan terlihat biasa-biasa saja. Tetapi, sebenarnya lewat rutunitas yang dilakukan di situ tersimpan sujuta makna yang sangat berharga. Lewat rutinitasnya para santri ter-didik kedisiplinannya, berkembang pemikiran dan kepribadiannya, dan melalui gotong royong mereka akan terdidik keikhlasannya dalam bekerja.

Kemudian para santri ini, sesudah punya kemempuan yang lebih, diangkat menjadi dewan guru dan kemudian menjadi seksi yang di sini terlatih kemampuan untuk membidangi suatu bidang, menjalankan aturan yang di tetapkan, bekerja tanpa pamrih, dan belajar memimpin sekelompok manusia yang datang dari kultur yang berbeda, latar belakang beragam, dan watak yang berbeda, dengan semangat yang tinggi seiring mengharapkan ridha dan kasih sayang Allah. Mereka sanggup untuk itu dan menyelesaikan problema yang kemudian timbul. Yang menarik, didikan yang diberikan di dayah bukan hanya teori tetapi langsung berhadapan dengan problem di lapangan.

Sebenarnya, dayah secara tidak langsung telah bangun untuk membangkitkan bangsa dari keterpurukan yang sedang melanda. Krisis moral yang melanda bangsa kita membuat bangsa kita mundur, meski dalam kenyataan hari ini kita kebanjiran orang-orang pintar. Sayangnya, kebanyakan cuma pandai membodohi, menghalallkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Lihatlah bagaimana seorang pemimpin terus dipojokkan, dijadikan kambing hitam dalam berbagai persoalan, budaya saling menyalahkan telah membumi di negeri ini sehingga orang-orang sibuk menyalahkan sementara persoalan tiada yang menye-lesaikannya, satu sama lain saling memfitnah seolah kita lupa akan semboyan kita “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Tetapi, inilah yang sedang kita lihat di hadapan kita. Siapa yang harus kita salahkan?

Apabila kita pelajari seksama, kita akan menemukan benang merah dari ini semua bahwa ini tidak terlepas dari watak dan kepribadian anak-anak bangsa. Kepribadian yang tidak terurus akan menyimpan sifat hasut, dengki, fitnah yang menjurus kepada perpecahan. Maka dalam hal ini, dayah dengan langkah yang ditempuh sebenarnya berpotensi melahirkan anak-anak bangsa yang bertakwa, tahu aturan, disiplin, ikhlas dalam melaksanakan kewajiban;  menjadi manusia-manusia yang terampil, cerdas, bijaksana dalam bersikap dan berakhlak mulia yang kemudian menjadi panutan dan rujukan masya-rakat dalam menyikapi berbagai persoalan. Bahkan, dengan didikannya dayah, berpeluang menciptakan kader-kader pemimpin yang bijak dan berakhlakul karimah.
Akhirnya, apabila kita

ingin menyelesaikan persoalan kita sekarang maka ke depan kita harus bisa melahirkan generasi yang punya wawasan, kreatif, cerdik, dan berakhlak mulia. Disini, dayah salah satu solusinya.

Kedamaian, ketrenteraman yang dulu tercipta adalah bukti keberhasilan dayah membentuk watak bangsa. Hal ini tidak mungkin terwujud tanpa iringan bahu dan ayunan langkah kita semua. Marilah kita melihat kebelakang dan mengambil pelajaran dari keberhasilan dimasa lalu agar berhasil pula di masa depan.[]

Categories



Widget by Scrapur

0 komentar:

Posting Komentar

 
Dark Side Blogger Template Copyright 2009 - Jeunieb is proudly powered by Blogger.com Edited By Zabar Yunus